"Kebebasan Bersuara Terkekang, MCS Diterpa Isu Kepemimpinan Otoriter"

"Kebebasan Bersuara Terkekang, MCS Diterpa Isu Kepemimpinan Otoriter"

Jumat, 25 Juli 2025, Juli 25, 2025

 



Sampang - Demokrasi sejatinya bukan hanya soal memilih, tetapi juga mendengar, menghargai, dan merangkul perbedaan. Sayangnya, nilai-nilai luhur ini tampaknya belum sepenuhnya dipahami oleh sebagian pihak di tubuh Media Center Sampang (MCS).


Baru-baru ini, sejumlah pengurus, termasuk beberapa pendiri MCS, diberhentikan secara sepihak dari grup internal organisasi. Ironisnya, pemicu pemecatan itu diduga hanya karena mereka terlihat duduk bersama pihak yang dianggap sebagai “lawan politik” dalam kontestasi Pilkada Sampang 2024 lalu.


Lebih mengejutkan, keputusan ini dilakukan tanpa klarifikasi, tanpa ruang diskusi, dan tanpa proses musyawarah. Segalanya dikabarkan berdasarkan satu hal: "instruksi pimpinan". Bila benar demikian, maka tindakan ini jelas mencederai semangat demokrasi, merusak asas independensi media, dan menekan kebebasan berpikir yang seharusnya menjadi fondasi dalam dunia jurnalistik.


Kami, para pendiri dan pengurus yang diberhentikan tanpa penjelasan, menyampaikan keprihatinan mendalam. Bukan hanya atas keputusan yang kami nilai keliru, tetapi juga atas nasib rekan-rekan kami yang selama ini dengan ikhlas ingin membangun MCS sebagai ruang media yang inklusif, terbuka, dan profesional.


Kami juga menyesalkan adanya kepemimpinan yang terkesan otoriter, yang justru mengorbankan silaturahmi dan semangat dialog. Pertemuan kami dengan siapa pun bukanlah bentuk keberpihakan politik, melainkan wujud keterbukaan dan upaya membangun komunikasi lintas pandangan secara sehat dan demokratis.


Lebih disayangkan lagi, saat Ketua MCS —dimintai klarifikasi, ia hanya menjawab singkat: “Sampai ketemu.” Sebuah jawaban yang terkesan menghindar, dan tak menyentuh substansi persoalan. Rabu (23/07).


Kami berharap, kepada siapa pun yang kini berada di lingkaran kepemimpinan MCS, termasuk yang disebut-sebut sebagai calon penerus, agar benar-benar memahami serta mengamalkan nilai-nilai demokrasi secara utuh.


Kepemimpinan bukan tentang kekuasaan, melainkan keberanian untuk mendengar, menghargai perbedaan, dan menjaga kebebasan berekspresi dalam koridor etika dan profesionalisme.(Red) 

TerPopuler