 |
| Gambar ini di ambil dari akun tiktok @syafiiarsilan |
Presnews.my.id|Sampang – Beragam reaksi bermunculan pasca pengrusakan fasilitas umum (fasum) oleh sejumlah oknum peserta aksi demonstrasi menuntut gelaran Pilkades serentak di Kabupaten Sampang pada Oktober 2025 lalu.
Di era digital seperti sekarang, masyarakat dengan mudah mengekspresikan pendapatnya secara terbuka melalui berbagai platform media sosial. Salah satunya datang dari akun TikTok @syafiiar.silan, yang videonya berdurasi 43 detik kini beredar luas di berbagai grup WhatsApp.
Dalam unggahannya, pria berlogat Madura kental itu tampak mengenakan kopiah hitam dan sarung, sambil melontarkan kritik tajam terhadap aksi pengrusakan fasilitas umum Alun-Alun Trunojoyo. Dengan nada tegas, ia melontarkan pernyataan bernada sindiran dalam bahasa Madura:
“Le engak riah reh, Ariah jengajengan Mon lapar, jengajengan Benni ken entar unjuk rasa demi nasek sebungkos... pas lun alun epa ancor seng Benni kennangah juah jiah... pan ecorancorah yeh romanah bupatinah deyyeh kadeporah minta Ngakan...”
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kurang lebih maknanya adalah:
“Kayak gini makan-makan Kalau memang lapar, jangan sampai ikut demo hanya demi nasi bungkus. Kenapa fasilitas umum seperti alun-alun yang dirusak? Alun-alun itu milik semua orang, bukan milik bupati. Bupati hanya membangunnya untuk masyarakat.”
Lebih lanjut, akun tersebut juga mempertanyakan esensi dari aksi demonstrasi terkait Pilkades serentak itu. Ia menyindir, apakah setelah Pilkades digelar, para kepala desa yang terpilih benar-benar bisa membawa perubahan dan membangun desa?
“Unjuk rasa atas nama Pilkades kok sampai rusak fasilitas umum, terlalu pasang badan,” ujarnya dengan nada meragukan.
Pro dan kontra terkait dampak aksi demo Pilkades serentak ini masih menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial. Banyak warganet menyayangkan tindakan anarkis sejumlah oknum yang merusak fasilitas umum, terutama ikon kebanggaan warga Sampang — Alun-Alun Trunojoyo.
Reporter : Redaksi
Penulis : Coy
Editor : Wir