Diduga Kuasai Fasilitas dan Jarang Mengajar, Guru SDN Pandan 2 Sampang Jadi Sorotan: “Sekolah Seolah Milik Pribadi”

Diduga Kuasai Fasilitas dan Jarang Mengajar, Guru SDN Pandan 2 Sampang Jadi Sorotan: “Sekolah Seolah Milik Pribadi”

Minggu, 19 Oktober 2025, Oktober 19, 2025

 


Presnew.my.id|Sampang – Potret buram dunia pendidikan dasar di Kabupaten Sampang kembali mencuat. Di tengah gencarnya pemerintah menyerukan peningkatan kualitas guru, justru muncul dugaan bahwa seorang guru agama berinisial AM di SDN Pandan 2, Kecamatan Omben, bertindak layaknya “penguasa kecil” di sekolah negeri.


AM diduga jarang hadir mengajar, namun tetap menikmati status dan fasilitas sebagai aparatur pendidikan. Lebih dari itu, sejumlah pihak internal menilai AM telah menguasai fasilitas sekolah dan mengelola kebijakan internal secara sepihak, seolah sekolah adalah milik pribadi.


“Guru lain sering kebingungan karena kebutuhan dasar seperti spidol, papan tulis, tinta, dan kertas laporan tidak pernah tersedia. Laptop sekolah pun tak bisa dipakai dengan alasan rusak, tapi tidak pernah benar-benar diperbaiki,” ungkap seorang sumber internal yang meminta identitasnya dirahasiakan.


Menurut sumber yang sama, AM juga merangkap sebagai bendahara sekolah, posisi strategis yang membuatnya leluasa mengatur segala kebutuhan operasional. Parahnya, sejumlah inventaris sekolah seperti genset, meteran listrik, dan perlengkapan penting lainnya justru disebut-sebut disimpan di rumah AM, yang berdampingan langsung dengan sekolah.


“Kalau guru lain butuh, jawabannya selalu rusak atau tidak tersedia. Tapi anehnya, barang-barang itu ada di rumahnya sendiri,” lanjutnya.


Dalam hal kegiatan belajar, AM hanya mengampu kelas 1, yang kebetulan diisi oleh anak kandungnya sendiri. Namun, informasi yang dihimpun menyebut kehadiran keduanya sering tidak rutin. Murid kerap hanya diberi tugas tanpa pendampingan karena AM berada di rumah selama jam pelajaran.


Lebih memprihatinkan lagi, salah satu ruang kelas dilaporkan dialihfungsikan sebagai tempat penyimpanan gabah, menunjukkan tata kelola sekolah yang jauh dari nilai profesionalitas lembaga pendidikan negeri.


“Guru-guru merasa seperti bekerja di lembaga swasta yang dikendalikan satu orang. Kalau tidak sejalan, bisa ditekan atau diabaikan,” ucap sumber dengan nada kecewa.


Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar tentang fungsi pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang yang seolah tutup mata terhadap dugaan penyimpangan di lapangan.


Hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi baik dari pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan Sampang. Upaya konfirmasi melalui pesan WhatsApp tidak mendapatkan respons. (Wir)

TerPopuler