Ruslan Raya: KDM dan Asep Japar

Ruslan Raya: KDM dan Asep Japar

Sabtu, 24 Mei 2025, Mei 24, 2025

 


 





Dalam perspektif Mata Sosial, kepemimpinan bukan hanya tentang individu yang memiliki visi, tetapi juga tentang bagaimana pemimpin dapat bersinergi, bekerja sama, serta memastikan keberlanjutan strategi pembangunan yang lebih besar. Pernyataan Dedi Mulyadi tentang kondisi Sukabumi bukan hanya bentuk pengakuan terhadap realitas yang ada, tetapi juga simbol kepercayaan dan dukungan terhadap kepemimpinan Asep Japar, yang diyakini mampu membawa perubahan signifikan bagi daerah tersebut agar lebih baik lagi.


Kepercayaan KDM terhadap Kapabilitas Asep Japar


Dalam banyak aspek, Kang Dedi Mulyadi sangat percaya bahwa Asep Japar memiliki kapabilitas untuk mengatasi tantangan yang ada di Sukabumi. Sebagai sosok yang telah lama dikenal dalam dunia pemerintahan dan pembangunan, Asep Japar tidak hanya memahami kondisi infrastruktur dan ekonomi daerahnya, tetapi juga memiliki dedikasi yang kuat untuk memajukan Sukabumi dengan strategi yang berbasis pada kebutuhan masyarakat.


Kepercayaan ini bukan tanpa alasan. Jejak langkah Asep Japar dalam membenahi proyek-proyek pembangunan sejak menjabat sebagai Kepala Dinas PU Kabupaten Sukabumi membuktikan bahwa ia adalah sosok yang berkomitmen terhadap kualitas, transparansi, dan ketegasan dalam mengawal pembangunan yang sesuai dengan standar. Konsistensinya dalam memperbaiki sistem kerja di pemerintahan daerah telah menunjukkan bahwa ia bukan sekadar pemimpin administratif, tetapi seorang pemimpin yang mampu melihat masalah dari akar serta berani mengambil tindakan yang diperlukan.


Pada Sabtu, 2 Oktober 2021, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Sukabumi, Drs. Asep Japar, MM, mengambil langkah tegas dalam memastikan kualitas proyek pembangunan di wilayahnya. Dalam kapasitasnya sebagai kepala dinas, ia memimpin langsung pembongkaran sebuah jembatan plat beton yang dibangun oleh pihak ketiga, setelah ditemukan ketidaksesuaian dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.


Saat itu, Asep Japar  dan tim teknis Dinas PU turun ke lapangan untuk memastikan bahwa seluruh proyek infrastruktur yang dibiayai dari anggaran negara benar-benar memenuhi standar yang telah ditentukan. Dalam sebuah video yang beredar luas di berbagai grup media sosial seperti WhatsApp, termasuk yang diunggah langsung dalam status WhatsApp pribadinya, Asep Japar menegaskan komitmennya terhadap transparansi dan profesionalisme.


Lebih lanjut, ia menyampaikan pesan yang cukup tegas bahwa pihaknya tidak akan segan-segan untuk mengambil tindakan serupa terhadap proyek pembangunan lainnya, baik jalan, jembatan, maupun irigasi, jika ditemukan ketidaksesuaian dengan dokumen kontrak. Tidak ada kompromi dalam hal kualitas dan akuntabilitas penggunaan anggaran publik, ujarnya.


Tindakan ini mendapat berbagai respons dari masyarakat dan kalangan profesional, dengan banyak pihak yang mendukung langkah berani yang dilakukan Asep Japar. Ini menjadi bukti bahwa pengawasan terhadap pembangunan infrastruktur tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat untuk memastikan bahwa setiap proyek yang dilaksanakan benar-benar memberikan manfaat sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.


KDM sebagai Mitra Birokrasi yang Siap Merangkul


Mata Sosial melihat bahwa kepemimpinan Dedi Mulyadi tidak hanya sekadar menawarkan dukungan moral, tetapi juga mengajukan dukungan konkret dalam hal kebijakan dan birokrasi. Dalam ucapannya—“Kemudian juga ada Bupati Sukabumi, ini wajahnya itu kelihatan lesu, duit eweuh, jalan butut, teu bisa anggeus ku ngopi kudu neangan duit,” ujar Dedi Mulyadi di tengah sebuah kegiatan,”—tersirat pesan bahwa pembangunan tidak cukup hanya dengan semangat atau diskusi ringan, tetapi juga harus ada solusi riil dalam hal anggaran, kebijakan, dan strategi eksekusi.


Ini bukan sekadar pengakuan terhadap tantangan yang dihadapi Sukabumi, tetapi juga pernyataan kesiapan dari KDM untuk berperan aktif dalam membantu Asep Japar secara birokrasi dan administratif. Artinya:


KDM tidak hanya mengandalkan Asep Japar untuk berjuang sendirian, tetapi juga membuka pintu selebar-lebarnya untuk bekerja sama dalam menemukan solusi terbaik bagi Sukabumi.


Kolaborasi antara pemerintah kabupaten dan provinsi menjadi kunci utama dalam mengatasi keterbatasan anggaran dan memastikan bahwa pembangunan dapat berjalan dengan lebih efektif.


Pendekatan strategis diperlukan dalam memperkuat kebijakan daerah agar setiap keputusan yang diambil memiliki dampak jangka panjang dan berkelanjutan.


Sebagai seorang pemimpin yang memiliki pengalaman panjang dalam pemerintahan, KDM memahami bahwa Asep Japar adalah sosok yang memiliki potensi besar untuk membawa perubahan bagi Sukabumi, tetapi perubahan itu tidak dapat diwujudkan secara optimal tanpa adanya dukungan lintas level pemerintahan. Oleh karena itu, KDM tidak hanya memberikan kepercayaan kepada Asep Japar, tetapi juga memastikan bahwa ia siap bekerja sama dalam mengawal strategi pembangunan yang lebih konkret.


Perspektif Kolaborasi dalam Manajemen Pembangunan Holistik


Dalam pendekatan manajemen pembangunan holistik, pembangunan tidak bisa dilakukan secara terpisah-pisah. Ada interaksi antara berbagai elemen, mulai dari kebijakan, anggaran, hingga dukungan publik, yang harus dikembangkan secara bersamaan.


Kepercayaan Dedi Mulyadi terhadap Asep Japar bukan hanya sebatas pengakuan terhadap kemampuannya dalam memimpin, tetapi juga merupakan bagian dari strategi pemerintahan yang lebih luas. Dengan keterbatasan anggaran dan tantangan infrastruktur yang masih dihadapi oleh Sukabumi, KDM memahami bahwa perlu adanya sinergi yang kuat antara:


Pemimpin daerah (Bupati Sukabumi) yang memiliki pemahaman langsung terhadap kondisi masyarakat dan kebutuhan daerahnya.


Pemimpin provinsi (KDM sebagai Gubernur Jawa Barat) yang memiliki akses lebih luas terhadap kebijakan dan sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk mendukung pembangunan Sukabumi.


Masyarakat dan pihak terkait yang berperan sebagai elemen kunci dalam mengawasi serta mendukung kebijakan yang dirancang oleh pemimpin.


Melalui pendekatan ini, birokrasi bukan lagi sekadar prosedur administratif, tetapi menjadi alat strategis dalam memastikan pembangunan yang berkelanjutan, efektif, dan sesuai dengan


kebutuhan daerah. Dengan tangan terbuka, KDM siap merangkul Asep Japar, tidak hanya sebagai seorang pemimpin yang dipercaya, tetapi juga sebagai mitra dalam menciptakan solusi konkret bagi kemajuan Sukabumi.


Hemat Mata Sosial


Dari perspektif Mata Sosial, pernyataan Kang Dedi Mulyadi memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar keluhan terhadap kondisi Sukabumi. Ini adalah simbol keterbukaan, kepercayaan, serta kesiapan untuk berjuang bersama. Kang Dedi memahami bahwa Asep Japar adalah sosok yang memiliki kapasitas untuk membawa perubahan kebih baik lagi, tetapi ia juga memahami bahwa pembangunan tidak bisa dilakukan secara individu—dibutuhkan kolaborasi dan dukungan sistematis.


Dalam hal ini, birokrasi bukan hanya tentang prosedur administratif, tetapi juga tentang bagaimana seorang pemimpin bisa membangun jaringan kerja yang solid, memastikan akses terhadap sumber daya, serta menciptakan strategi pembangunan yang berkelanjutan. Dengan sikapnya yang siap merangkul dan bekerja sama, Dedi Mulyadi menjadi mitra strategis bagi Asep Japar dalam memajukan Sukabumi menuju arah yang lebih baik.


Pada akhirnya, pembangunan Sukabumi bukan hanya tanggung jawab satu orang—tetapi menjadi perjuangan kolektif yang membutuhkan kerja sama lintas level pemerintahan dan partisipasi aktif masyarakat. Dengan pendekatan yang tepat, keterbukaan yang kuat, serta kepemimpinan yang bersinergi, masa depan Sukabumi yang lebih baik bukanlah sekadar harapan, tetapi sesuatu yang bisa diwujudkan secara nyata yang merangsang terwujudnya Sukabumi Mubarokah.


Ruslan Raya Mata Sosial


Cikakak Sukabumi, Jum’at 23 Mei 2025.

TerPopuler