
Nur dan Muhlis, anggota ULD-PB usai menanam pohon bidara, di pulau mandangin pada sabtu 20-12-2205
Presnews.my.id|Sampang – Unit Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana (ULD–PB) Kabupaten Sampang menegaskan eksistensinya bukan sekadar sebagai pendamping kebijakan, melainkan sebagai bagian utuh dari gerakan menjaga kehidupan. Hal itu tercermin dalam keterlibatan langsung penyandang disabilitas pada kegiatan penanaman pohon bidara di Pulau Mandangin, Minggu 21/12/2025.
Di tengah ancaman abrasi dan rapuhnya kawasan pesisir, kehadiran mereka menjadi pengingat bahwa kepedulian terhadap alam tidak diukur dari kesempurnaan fisik, melainkan dari kesadaran nurani. Penyandang disabilitas hadir bukan sebagai simbol, tetapi sebagai subjek perubahan—menanam harapan di tanah yang rentan, sekaligus meneguhkan masa depan yang lebih aman.
Ketua ULD–PB Kabupaten Sampang, Zahruddin, menegaskan bahwa menjaga alam adalah panggilan kemanusiaan yang melampaui batas apa pun. Menurutnya, keterbatasan justru kerap melahirkan kepekaan yang lebih dalam terhadap ancaman dan risiko kehidupan.
“Disabilitas tidak pernah menjadi alasan untuk berhenti peduli. Dari keterbatasan itulah tumbuh kekuatan untuk tetap menjaga bumi. Kami bangga bisa berdiri sejajar, menanam pohon, dan menanam harapan di Pulau Mandangin,” tegasnya(20/12).
Sebanyak lebih dari 100 pohon bidara ditanam di kawasan pesisir Mandangin. Kegiatan ini merupakan bagian dari program penanaman 11.000 pohon buah dan kayu keras yang digagas Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Sampang bersama Husky–CNOOC Madura Limited (HCML), yang menyasar 18 titik di Kabupaten Sampang. Pulau Mandangin menjadi satu-satunya lokasi penanaman pohon bidara—pohon yang dipilih karena ketahanannya menghadapi kerasnya pesisir.
Sementara itu, Sekretaris ULD–PB Kabupaten Sampang, Aang Djunaidi, ST., MT., menegaskan bahwa keterlibatan ULD–PB dalam aksi lingkungan ini merupakan amanat moral dan konstitusional untuk memastikan penanggulangan bencana yang inklusif.
“Kami siap terlibat aktif dalam seluruh tahapan kebencanaan—pra bencana, saat kejadian, hingga pasca bencana. Ini adalah komitmen kami sejak pengukuhan ULD–PB Sampang, agar tidak ada satu pun warga yang tertinggal dalam upaya penyelamatan,” ujarnya (21/12).
Penanaman pohon bidara di Pulau Mandangin bukan sekadar menancapkan bibit ke tanah. Ia adalah penanaman nilai—tentang kemanusiaan, kesetaraan, dan keberpihakan. Dari tangan-tangan yang kerap dianggap lemah, tumbuh pesan yang justru paling kuat: bahwa menjaga alam dan melindungi kehidupan adalah tanggung jawab bersama, tanpa kecuali, bagi seluruh rakyat Indonesia.(Wir)